Q U E S T I O N S A R E T H E A N S W E R S

"The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own
reason for existing. One can't help but be in awe when he contemplates
the mysteries of eternity, of life, of the marvelous structure of
reality. It's enough if one tries merely to comprehend a little of
this mystery every day. Never lose a holy curiousity"
-Albert Einstein


Alkisah, pada jaman dahulu di Amerika Serikat ada sebuah keluarga
yang hidup sederhana. Salah seorang anak di keluarga tersebut dikenal
sebagai anak yang kurang begitu pandai, bahkan akhirnya si anak
tersebut dikeluarkan dari sekolah, karena sang guru menganggap bahwa
sampai kapanpun juga si anak tidak mungkin bisa terus belajar, dengan
kemampuan otaknya yang menurut sang guru dibawah rata-rata. Tapi si
anak tidaklah mudah putus asa dengan kondisi yang dialaminya. Dia
selalu tertantang dan selalu menanyakan kepada dirinya
sendiri,"Bagaimana agar saya bisa mencapai kehidupan yang lebih baik ?
Apa yang harus saya lakukan agar saya bisa dihargai oleh lingkungan
saya ?" Pertanyaan-2 itulah yang terus menerus diucapkan oleh si anak.
Akhirnya, dengan perjuangan yang luar biasa, si anak bisa menciptakan
bola lampu untuk pertama kalinya. Ya, si anak yang dianggap kurang
cerdas tersebut adalah Thomas Alfa Edison, seorang anak yang dianggap
bodoh hingga dikeluarkan dari sekolahnya. Namun pada akhirnya, dia
dianggap menjadi salah satu orang yang patut dikenang sepanjang masa.
Satu hal yang menarik untuk dicermati disini adalah, mengapa justru
Thomas Alfa Edison yang kurang pendidikannya yang berhasil menciptakan
bola lampu, mengapa bukan kakak atau adiknya ? Bukankah mereka lahir
dari keluarga yang sama, latar belakang yang sama, bahkan saudara-2nya
memiliki keunggulan akademis yang tidak dimilikinya ?

Kunci dari kesuksesan Edison, adalah pada pertanyaan yang sering
diajukan pada diri sendiri. Saat sesuatu terjadi pada dirinya, dia
selalu mengajukan suatu pertanyaan yang mampu menantang dirinya untuk
menyelesaikan hal tersebut. Pertanyaan yang diawali dengan kata
"mengapa" justru akan melemahkan kita saat suatu masalah timbul ;
karena kata "mengapa" akan membuat kita mencari-cari suatu alasan
mengapa kita mengalami kegagalan. Pertanyaan dengan "mengapa" saat
sedang menghadapi masalah akan membuat diri kita sebagai seorang
korban, sebagai seorang yang harus dikasihani. Sedang pertanyaan-2
yang diawali dengan kata "BAGAIMANA" akan terus memacu otak kita untuk
berpikir mencari solusi bagi suatu permasalahan. Dan pertanyaan-2
tersebut bukan saja dikatakan pada saat Edison memulai, tapi terutama
saat dirinya mengalami serangkaian kegagalan dalam eksperimennya
membuat lampu untuk pertama kali. Hal kedua, adalah pada pengalaman
kita. Edison berpendapat bahwa "PENGALAMAN ADALAH BUKAN APA YANG
TERJADI PADA DIRI KITA. PENGALAMAN ADALAH APA YANG KITA LAKUKAN, SAAT
SESUATU TERJADI PADA DIRI KITA".
Saat sebuah kegagalan datang,
bukannya menyesal mengapa dia gagal, Edison justru dengan bersemangat
selalu mengatakan "Akhirnya, saya menemukan lagi satu cara yang gagal
dalam membuat bola lampu ". Kegagalan direspons dengan cara yang
positif oleh Edison, sehingga membuatnya terus maju dan mencapai
tujuannya.

Penanya terbaik di dunia adalah anak-anak. Cobalah lihat tingkah laku
mereka yang kreatif dan selalu ingin tahu. Setiap kali mereka melihat
sesuatu yang baru, akan selalu bertanya "Mengapa begini ?", "Mengapa
begitu ?", "Apa ini ?", "Apa itu ?", "Apa maksudnya ?", dan lain
sebagainya. Ketidak tahuan anak-anak karena pikiran mereka masih polos
dan kosong justru menjadi suatu kelebihan, karena mereka bisa
mengisinya dengan berbagai hal dari pertanyaan-pertanya

an mereka.
Namun sayangnya, dalam proses pertumbuhan kita dari anak kecil menjadi
dewasa, lingkungan cenderung memberikan doktrin yang membatasi
kemampuan dan keberanian kita dalam bertanya. Orang yang banyak
bertanya dianggap orang yang bodoh atau kurang cerdas. Cobalah sejenak
kita mengingat masa kanak-kanak kita. Saat itu, apabila di dalam kelas
guru bertanya, sebagian besar anak akan mengangkat tangan dan menjawab
dengan antusias. Tapi saat kita sudah menginjak bangku SMP misalnya,
apabila guru bertanya siapa yang belum mengerti, hanya sedikit atau
bahkan tidak ada yang berani mengangkat tangan. Sebagian mungkin
menundukkan muka, sedang sebagian yang lain berpura-pura sedang sibuk
mengerjakan sesuatu. Walaupun mungkin ada beberapa siswa yang belum
mengerti, namun ketidak ,mengertian itu lebih baik hanya disimpan di
dalam hati, lebih baik diam … karena persepsi bahwa orang yang banyak
bertanya dianggap orang bodoh. Sungguh suatu doktrin yang seringkali
tanpa sadar membatasi diri kita untuk berkembang.

Bagaimana dengan diri kita saat ini, seberapa banyak diri kita telah
berkembang melalui pertanyaan-pertanya an yang kita ajukan ? Saat kita
menghadapi suatu masalah, pertanyaan jenis apakah yang kita ajukan ?
Apakah pertanyaan yang membuat diri kita sebagai suatu korban dari
masalah, ataukah pertanyaan yang bisa menantang diri kita untuk
mencari solusi ? PERTANYAAN YANG TEPAT, AKAN MENGHASILKAN SOLUSI YANG
TEPAT PULA
. Gunakan pertanyaan yang membangun setiap saat dalam setiap
situasi, untuk mendorong diri kita lebih maju dan optimal dalam meraih
tujuan. Sukses untuk anda !

Comments

Popular Posts