Persiapan Sebelum Menjadi Suami

Persiapan Sebelum Menjadi Suami
sumber : manajemenqolbu. com

Assalamu'alaikum wr wb,
Saya seorang pria berusia 27 tahun, insya Allah akhir tahun ini akan melangsungkan pernikahan. Namun saya masih agak takut, takut tidak bisa menjalankan tanggung jawab sebagai suami secara optimal. Calon istri saya pendidikannya lebih tinggi dari saya, walau secara ekonomi kami sekupu. Mohon sarannya agar saya lebih mantap. Terima kasih.Wassalam, rif@email.com

Jawab:

Wa'alaikumussalam wr wb,Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan gagal. Dalam mengerjakan apa pun, persiapan yang matang menjadi kunci kesuksesan. Demikian pula dengan nikah. persiapan menjadi kata kunci agar pernikahan bisa dijalani dengan baik, baik itu sebelum, ketika dan sesudah ijab kabul.

Apa saja yang harus dipersiapkan seorang calon suami? Setidaknya ada empat hal.

Pertama, kesiapan untuk menjadi pemimpin. Allah SWT telah menganugerahkan bagi laki-
laki kuasa kepemimpinan dalam rumah tangga (QS An-Nisaa' [4]: 34). Tugas kepemimpinan ini tidak berarti seorang suami lebih tinggi dari yang dipimpin. Jabatan hanya sekadar pembagian tugas, dengan beban tanggungjawab yang lebih besar. Seorang suami bertanggung jawab penuh untuk menafkahi dan membimbing istri serta anak-anaknya selamat dunia akhirat.

Kedua, kesiapan ilmu, khususnya ilmu agama. Seorang suami harus bisa mendidik istrinya. Seorang suami yang kurang ilmu, biasanya hanya bisa ngarang. Orang yang ngarang biasanya cenderung bersikap emosional, mudah marah. Pengetahuan agama yang dimiliki tidak harus sempurna. Setidaknya mengetahui mana yang wajib, sunnah, dan mana yang makruh. Plus ilmu-ilmu penunjang lainnya, seperti kesehatan, psikologi, manajemen keuangan, dsb. Walau tidak mendalam, setidaknya kita tahu sehingga memiliki pegangan.

Ketiga, kesiapan mental atau ruhiah. Dalam rumahtangga pasti akan ditemukan banyak masalah. Agar kita mampu mengelola masalah secara cerdas dibutuhkan kekuatan mental serta kelapangan hati. Orang yang lemah mental dan imannya, cenderung goyah ketika dihadapkan pada sebuah masalah. Tanpa kesiapan mental dan ruhiyah, masalah kecil bisa menjadi besar, masalah sederhana bisa menjadi rumit.

Keempat, kesiapan finansial atau keuangan. Membangun rumahtangga tidak cukup sekadar cinta dan cita-cita ideal. Yakin bahwa Allah Mahakaya memang penting. Namun keyakinan tersebut harus disempurnakan dengan ikhtiar. Mumpung masih ada waktu, persiapkanlah segalanya dengan matang, banyak belajar, perkuat ibadah, perbanyak doa, termasuk mempersiapkan mental dan finansial. Semoga pernikahannya diberkahi Allah SWT. Amin

Comments

Popular Posts