HATI YANG HIDUP

HATI YANG HIDUP
Oleh : Sry Yanto (sry_pbun@yahoo. co.id, ki.gedhe@gmail. com)

An-Nu'man bin Basyir berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda, 'Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di
antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak
jelas halal-haramnya) , yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia.
Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah
membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang
terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar
tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah
bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah
sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging
itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu
rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah
hati.'" (HR. Bukhori dan Muslim)

Para salafush sholeh, terutama ulama yang sangat konsen terhadap
pembersihan jiwa (tazkiyatun nafsi) akan menempatkan perbaikan dan
kesehatan hati dalam awal mula pembahasan kitab-kitab mereka,
sebagaimana ulama fikih menempatkan pembersihan lahir (thaharah)
sebagai pembuka kitab-kitab mereka. Hal ini mengingat hati merupakan
komponen yamg paling berharga bagi manusia, melebihi jasad itu
sendiri.

Hati laksana komandan bagi setiap manusia, kemana dia memerintah maka
kesanalah raga menuju. Apa saja yang dia inginkan maka jasadlah yang
menunaikan dan mewujudkannya. Sebagai komandan tentu menjadi panutan
bagi prajurit, sehingga bilamana komandan itu baik, maka baik pulalah
prajurit, bila komandan bijaksana maka sejahteralah prajuritnya. Akan
tetapi, bilamana komandan berwatak buruk, kejam lagi bengis, maka
rusak dan sengsara serta menderitalah prajuritnya.

Ali bin Abi Thalib ra, mengingatkan bahwa ada enam perkara yang mesti
diperhatikan setiap diri agar terhindar dari keburukan dan
keterperosakan ke dalam lembah kejahatan dan penyakit hati, keenam
obat tersebut adalah:

Pertama: hidupnya hati adalah berkat bertambahnya ilmu, sedangkan
matinya hati disebabkan karena tiadanya ilmu. Ilmu merupakan alat
yang mampu menguak rahasia, memberikan petunjuk bagi yang sesat,
memberikan penerangan bagi yang kegelapan. Laksana pelita dimalam
yang pekat. Ilmu mengantarkan seseorang untuk mengetahui pemilik alam
semesta, pencipta dan kreator ulung yang tiada bandingnya yaitu Alloh
SWT. Ketiadaan ilmu mengakibatkan kebutaan, buta akal dan pikiran
yang selanjutnya akan mengakibatkan butanya hati yang di dalam dada.

Kedua: sehatnya hati adalah karena keyakinan, sakitnya hati adalah
karena keragu-raguan. Keyakinan yang benar dan kokoh yang bersumber
dari bersihnya aqidah seseorang (salimul aqidah), tentu akan
menyehatkan hati. Karena hati akan selalu bersandar dan berteduh
dibawah payung naungan Alloh yang tidak akan pernah berhenti menaungi
walaupun sekejap. Akan senantiasa terhindar dari kedengkian,
kesombongan dan kerakusan karena itu semua bukanlah cerminan aqidah
yang lurus. Sebaliknya keragu-raguan akan berakibat sakitnya hati,
keraguan berasal dari setan yang membisikkan ke dalam hati untuk
tidak mengingat dan meyakini kebenaran Ilahi, membujuk dan merayu
manusia untuk mengingkari ayat-ayat Allah dengan berbagai alasan,
apakah itu bersumber dari keadaan lingkungan dan kejumawaan pribadi
karena merasa ilmu yang teramat tinggi.

Ketiga: tidurnya hati karena kelalaian sedangkan bangunnya hati
karena dzikir yang dilakukan. Kelalaian kerap menjadi sumber petaka
bagi manusia, lalai dari kewajiban-kewajiban yang diemban sebagai
amanat Khaliq atas kehidapannya didunia. Melalaikan nikmat yang telah
dikaruniakan selama ini, bukankah nikmat yang kita terima begitu
melimpah? Hidup adalah nikmat, dengan hidup kita dapat berprestasi,
mengukir prasasti diri ketika nanti kita tiada lagi. Hidup merupakan
kesempatan untuk meraih kedudukan terpuji ketika kita kembali, hidup
merupakan kesempatan kita memperbaiki diri, bertaubat dari kesalahan
dan dosa, memohan maaf atas segala kekhilafan dan sesalahan. Belum
lagi nikmat-nikmat yang lain, nikmat panca-indera, nikmat keluarga,
anak-isteri, nikmat harta benda, pangkat dan jabatan serta lainnya.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Melalaikan
seluruh nikmat tersebut akan menjadikan hati tertidur, terlelap dan
terlena. Sebaliknya, selalu mengingat Sang Pencipta, berdzikir kepada
Allah SWT akan membangunkan hati. Mengingat Allah akan membentengi
hati dari ketergelinciran amal, membangunkan hati untuk selalu
terjaga, terhindar dari kepekatan tidurnya hati merupakan nikmat
seorang hamba. Nikmat yang akan menghantarkan kepada ma'rifat dan
nikmat yang akan menghantarkannya menuju jalan yang selamat, dunia
dan akhirat.

Semoga Allah menjadikan hati kita hati yang hidup, hati yang sehat
serta hati yang terjaga. Wallahu a'lam bish shawab.

Comments

Popular Posts